DI ANTIOKHIALAH MURID-MURID UNTUK PERTAMA KALINYA DISEBUT KRISTEN

DI ANTIOKHIALAH MURID-MURID UNTUK PERTAMA KALINYA DISEBUT KRISTEN

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan IV Paskah – Selasa, 23 April 2024)

Pfak S. Georgius, Martir; Pfak S. Adalbertus, Uskup Martir

FSGM: Pesta Pelindung Kongregasi

Keluarga Besar Fransiskan:  Pfak B. Egidius dr Assisi, Biarawan Ordo I

Sementara itu saudara-saudara seiman yang tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudaAprilh Stefanus, menyingkir sampai ke Fenisia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja.

Akan tetapi, di antara mereka ada beberapa orang Siprus dan orang Kirene yang tiba di Antiokhia dan berkata-kata juga kepada orang-orang berbahasa Yunani dan memberitakan tentang Tuhan Yesus. Tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan.

Kabar tentang mereka itu terdengar oleh jemaat di Yerusalem, lalu jemaat itu mengutus Barnabas pergi ke Antiokhia. Setelah Barnabas datang dan melihat anugerah Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua dengan kesungguhan hati setia kepada Tuhan, karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Lalu banyak orang dibawa kepada Tuhan. Setelah itu, pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia. Mereka tinggal bersama-sama dengan jemat itu selama satu tahun penuh, sambil mengajar banyak orang . Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen. (Kis 11:19-26)

Mazmur Tanggapan: Mzm 87:1-7; Bacaan Injil:  Yoh 10:22-30 

“Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen” (Kis 11:26).

Petikan ini adalah kalimat terakhir dari bacaan kita di atas. Namun sebelum itu, baiklah kita mengingat-ingat kembali latar belakang perkembangan Gereja. Selagi masih berkumpul dengan para murid-Nya, Yesus bersabda: “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Jika biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yoh 12:24). Apa yang dikatakan Yesus ini terbukti dengan kematian Stefanus. Kematian diakon yang suci ini menyebabkan Gereja yang masih sangat muda-usia ini bertumbuh-kembang. Mereka yang tercerai-berai setelah kematian Stefanus melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang jauh untuk mencari keamanan. Malah ada yang pergi ke tempat-tempat yang relatif jauh pada zaman itu, misalnya Siria utara, ke kota Timur Tengah yang bernama Antiokhia. Pertama-tama para misionaris awal ini hanya berbicara kepada orang-orang Yahudi di Antiokhia, namun orang-orang Kristiani dari Siprus dan Kirene yang juga telah sampai di Antiokhia mulai menginjili orang-orang Yunani tentang Yesus. Jadi muncullah sebuah Gereja yang berjenis baru, yang terdiri dari baik orang Yahudi maupun orang-orang bukan Yahudi (kafir di mata orang Yahudi).

Sekarang marilah kita dalami sedikit soal kata “Kristen” atau “Kristiani” ini. Apakah kiranya yang dimaksudkan oleh Tuhan bila kita menyebut diri kita ini sebagai umat/orang Kristen atau Kristiani: Jika kita telusuri cerita-cerita dalam “Kisah Para Rasul”, maka menjadi seorang Kristiani berarti:

  • Percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Kristus (Mesias; Juruselamat; lihat Kis 2:36);
  • percaya kepada Tuhan dan berbalik kepada-Nya dalam pertobatan (Kis 11:21);
  • bertobat dan dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosa (Kis 2:38, Rm 6:3);
  • dengan kesungguhan hati (penuh komitmen) setia kepada Tuhan (Kis 11:23);
  • bersaksi tentang Yesus (Kis 1:8) dan menyebarkan sabda Allah serta membawa orang-orang kepada Tuhan (Kis 4:33; 11:24);
  • dipersiapkan lewat pengajaran intensif tentang hidup baru dalam Yesus (Kis 11:26; 2:42; 19:9-10);
  • hidup dalam komunitas Kristiani (Kis 2:42; lihat juga 4:32-35);
  • pusat kehidupannya adalah “pemecahan roti”, yakni Ekaristi (Kis 2:42);
  • bertekun dalam doa bersama-sama umat beriman lain (Kis 1:14; 2:42);
  • tunduk patuh kepada pembesar Gereja (Kis 15:2 dsj.);
  • berani menderita demi cintanya kepada Yesus! Lihat contoh Stefanus (Kis 6:8-8:1)

Dalam Kisah Para Rasul jelas masih ada beberapa aspek lain yang penting selain apa yang telah disebutkan di atas. Juga masih banyak yang dapat kita temukan dalam Kitab Suci tentang apa dan bagaimana menjadi orang Kristiani itu. Menjadi Kristiani berarti menghayati hidup baru yang radikal, mendalam dan bebas …… dalam Yesus Kristus tentunya.

Sekarang, baiklah kita memeriksa batin kita dan bertanya kepada diri kita sendiri apakah kita sudah pantas disebut sebagai seorang Kristiani, sesuai dengan kehendak Tuhan Yesus.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, aku sungguh ingin menjadi murid-Mu yang sejati, sehingga pantas dinamakan seorang Kristiani. Berikanlah kepadaku iman yang benar, harapan yang teguh dan cintakasih yang sempurna, seperti yang terjadi dengan Barnabas dan Paulus. Bilamana Engkau memanggil, mereka mendengarkan dengan penuh perhatian dan merangkul misi-Mu. Berikanlah keberanian kepadaku dan hasrat untuk mengikut Engkau dalam segala hal yang kulakukan. Dimuliakanlah nama-Mu sepanjang segala masa. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 10:22-30), bacalah tulisan yang berjudul “DOMBA-DOMBA-KU MENDENGARKAN SUARA-KU” (bacaan tanggal 23-4-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 23-04  BACAAN HARIAN APRIL 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 2-5-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 22 April 2024 [SJ: Pesta SP Maria Bunda Seikat Yesus]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YESUS ADALAH PINTU BAGI DOMBA-DOMBA ITU

YESUS ADALAH PINTU BAGI DOMBA-DOMBA ITU

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan  IV Paskah – Senin, 22 April 2024)

Serikat Yesus [SJ]: Pesta SP Maria Bunda Serikat Yesus

“Sesungguhnya aku berkata kepadamu: Siapa yang masuk ke dalam kandang domba tanpa melalui pintu, tetapi dengan memanjat dari tempat lain, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka akan lari dari orang itu, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.”

Yesus mengatakan kiasan ini kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka.

Karena itu Yesus berkata lagi, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Akulah pintu bagi domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu; siapa saja yang masuk melalui Aku, ia akan diselamatkan dan Ia akan masuk dan keluar serta menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, mempunyainya dengan berlimpah-limpah.  (Yoh 10:1-10)

Bacaan Pertama: Kis 11:1-18; Mazmur Tanggapan: Mzm 42:2-3; 43:3-4

Yesus adalah sang Gembala Baik. Ada banyak karakteristik pribadi Yesus dalam Perjanjian Baru yang mengantisipasi alegoria Yohanes. Ia mencari domba yang tidak mempunyai gembala (Mat 9:36) dan dengan demikian mengutus para rasul-Nya. Yesus melihat diri-Nya sendiri sebagai diutus oleh Bapa surgawi ke tengah domba-domba yang hilang dari Israel (Mat 15:24; Luk 19:10). Kawanan Yesus adalah “kawanan kecil” (Luk 12:32) yang tidak boleh takut karena Kerajaan Surga telah dijanjikan kepada mereka. Kawanan-Nya akan mengalami penganiayaan oleh serigala-serigala dari luar (Mat 10:16) maupun dari dalam (Mat 7:15). Kawanan-Nya akan dicerai-beraikan, ketika gembalanya dibunuh (Mat 26:31; lihat Za 13:7). Akan tetapi, Dia akan memimpin kembali jiwa-jiwa yang tercerai-berai, disembuhkan lewat kematian-Nya, sehingga dengan demikian kita dapat kembali kepada sang Gembala Baik dan Pemelihara jiwa kita (1Ptr 2:24-25). Yesus adalah sang “Gembala Agung segala domba” (Ibr 13:20).

Yohanes Penginjil mengumpulkan catatan-catatan yang berserakan dalam berbagai tulisan Perjanjian Baru ke dalam suatu gambaran indah sekali dalam Yohanes 10. Pertama-tama Yesus menceritakan dua buah perumpamaan, yaitu tentang pintu kandang domba Yoh 10:1-3a) dan tentang gembala (Yoh 10:3b-5). Kemudian Yesus menjelaskan secara alegoris dua perumpamaan ini: Yesus adalah pintu (Yoh 10:7-10), Dia adalah gembala (Yoh 10:11-18), tidak ada seorangpun dapat mengambil domba dari tangan Kristus (Yoh 10:26-30). Bacaan Injil hari ini membatasi diri pada sepuluh ayat pertama dari Yoh 10.

Hanya ada satu pintu untuk keluar-masuk domba-domba. Seorang penjaga pintu akan menjaga. Dalam hal ada beberapa gembala, maka mereka akan menjaga secara bergiliran. Di malam hari ada binatang-binatang buas yang mencoba untuk memangsa domba-domba yang ada. Ada pula pencuri-pencuri yang akan mencoba untuk mencuri domba-domba itu.

Yesus menyamakan diri-Nya dengan pintu bagi domba-domba itu (Yoh 10:7). Pintu adalah satu-satunya jalan masuk ke tempat kawanan domba. Tidak ada seorangpun gembala yang diperkenankan untuk masuk kalau dia bukan gembala yang sungguh-sungguh. Pencuri-pencuri akan mencoba untuk memanjat dari tempat lain. Banyak pemimpin Israel yang datang sebelum Kristus adalah pencuri-pencuri seperti itu. Mereka tidak mempunyai minat sungguhan perihal keberadaan domba-domba, melainkan hanya memikirkan keuntungan saja. Tuduhan ini juga berlaku bagi para pemuka agama dan pemimpin Yahudi lainnya pada masa Kristus. Banyak orang Yahudi merasakan adanya perbedaan antara Yesus dan para tua-tua Yahudi tersebut. Yesus berkata, “Domba-domba itu tidak mendengarkan mereka” (Yoh 10:8). Ingatlah kembali orang yang buta sejak lahirnya yang disembuhkan oleh Yesus (Yoh 9), Walaupun orang-orang Farisi mencoba dengan keras untuk membuat orang itu berpihak kepada mereka lewat berbagai tipu-daya dan intimidasi, ancaman dan malah mengusirnya keluar dari komunitas Yahudi, dan menyebutnya sebagai seorang pendosa, orang buta yang telah disembuhkan itu hanya berkata: “Jikalau orang ini (Yesus) tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa”  (Yoh 9:33).

Tidak seorang pun dapat masuk ke kandang domba kecuali melalui pintunya, dan tidak ada seorang pun dapat menjadi gembala kawanan Kristus kalau tidak dipanggil dan diberi wewenang oleh Kristus sendiri. Kristus adalah pintu satu-satunya untuk umat Allah, dan hanya Dia sendirilah yang dapat memanggil seseorang untuk mengurusi kawanan-Nya. Tidak ada hasil pekerjaan baik kita sendiri yang dapat membuat kita mempunyai akses kepada umat Allah.

Yesus adalah pintu bagi domba-domba-Nya masuk-keluar kandang. Hanya apabila domba-domba telah masuk kandang maka mereka aman selama malam hari. Di tanah Palestina pada masa itu ada banyak binatang buas yang kesana-kemari mencari makan. Seekor domba yang berjalan sendiri di malam hari akan sangat rentan terhadap serangan predator-predator itu. Di samping itu bagaimana seekor domba ke luar untuk mencari makan di padang yang hijau jika tidak melalui pintu kandang dan mengikuti tuntunan sang gembala.

Banyak pemimpin palsu (abal-abal) menjanjikan segala macam hal kepada masyarakat yang seharusnya dipimpinnya dengan baik: kepuasan, kebahagiaan, … pokoknya yang enak-enak dan nikmat-nikmat. Namun hasilnya seringkali berupa kekecewaan masyarakat karena merasa tertipu. Kita akan menemukan damai-sejahtera hanya dalam diri Yesus Kristus, dalam hikmat dan pemahaman sejati. Kehidupan sejati akan menjadi milik kita hanya apabila melalui Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita. Kristus adalah pintu bagi kita, domba-domba-Nya.

Yesus juga mengibaratkan diri-Nya sebagai gembala. Kita akan melihatnya dalam kesempatan lain, yaitu dalam Bacaan Injil Hari Minggu Paskah IV (Tahun B). Perumpamaan singkat dalam Yoh 10:3b-5 di atas mengantisipasi suatu penjelasan alegoris dalam Yoh 10:11-18 pada hari Minggu termaksud. Pada hari ini, yang harus kita camkan adalah, bahwa Yesus mengenal domba-domba-Nya. Dan domba-domba-Nya mengenal Dia. Ini bukanlah sekadar pengetahuan teoritis, melainkan pengetahuan yang berasal dari cintakasih. Kristus mengenal kita lebih baik daripada kita mengenal diri kita sendiri. Apakah kita  sungguh mengenal Dia?

DOA: Tuhan Yesus Kristus, tolonglah aku mengenal suara-Mu sehingga aku dapat tetap berada dengan aman di tengah kawanan domba-Mu, yaitu umat-Mu sendiri. Terima kasih penuh syukur  kuhaturkan kepada-Mu untuk kasih-Mu yang senantiasa penuh kesetiaan. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 10:1-10), bacalah tulisan yang berjudul “SANG GEMBALA DAN KAWANAN FOMBA-NYA” (bacaan tanggal 22-4-24), dalam situs/blog SANG SABDA  http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-04 BACAAN HARIAN  APRIL 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 30-4-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 21 April 2024 [HARI MINGGU PASKAH IV – TAHUN B]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

AKU MEMBERIKAN NYAWA-KU BAGI DOMBA-DOMBA-KU

AKU MEMBERIKAN NYAWA-KU BAGI DOMBA-DOMBA-KU

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU PASKAH IV [TAHUN B] – 21 April 2024)

Hari Minggu Panggilan

Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan menceraiberaikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. Tetapi Aku juga mempunyai domba-domba lain yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala. Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku agar Aku menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari Aku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah perintah yang Kuterima dari Bapa-Ku.” (Yoh 10:11-18)

Bacaan Pertama: Kis 4:8-12; Mazmur Tanggapan: Mzm 118:1,8-9,21-23,26,28cd,29; Bacaan Kedua: 1Yoh 3:1-2

“Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku……. Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku agar Aku menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari Aku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah perintah yang Kuterima dari Bapa-Ku.” (Yoh 10:14,17-18)

Karena kita adalah kawanan domba-Nya sendiri, Yesus sungguh memiliki kepentingan dalam hal kesejahteraan kita. Bilamana Iblis – si serigala – mencoba mencerai-beraikan kita, Yesus sang Gembala Baik adalah seorang Pribadi kepada siapa kita akan berlindung. Bagi mereka yang mengenal-Nya, suara-Nya sungguh akan menghibur dan mendatangkan rasa aman. Sekali lagi: Yesus adalah Gembala yang baik!

Semua bacaan Kitab Suci dalam Misa hari ini secara bersama mengungkapkan dan mempermaklumkan pengorbanan Yesus yang penuh kasih bagi kita. Yesus mengatakan kepada orang-orang Yahudi bahwa Dia adalah “Gembala yang Baik”, yang akan memberikan nyawa-Nya bagi kita, domba-domba-Nya (Yoh 10:11). Kemudian, pada malam sebelum sengsara-Nya, Ia akan mengatakan kepada para murid-Nya: “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada ini, yakni seseroang memberikan nyawanya demi sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13). Dengan sempurna Yesus menunjukkan kasih-Nya itu pada waktu Dia mati di kayu salib, menyerahkan nyawa-Nya sendiri untuk menebus kita masing-masing.

Bukankah mengejutkan untuk berpikir bahwa sekiranya anda adalah orang  satu-satunya yang tinggal di dalam dunia, Yesus tetap akan dengan sukarela memberikan hidup-Nya untuk menyelamatkan anda? Kesadaran akan hal inilah yang kiranya memberikan kepada Petrus keberanian untuk mengatakan kepada para imam umat dan tua-tua Yahudi: “Tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kis 4:12).

Inilah alasan besar bagi kita untuk bersukacita! Hikmat Allah, walaupun kelihatan bodoh bagi pikiran manusia, berjaya bahkan di momen-momen paling gelap dalam kehidupan kita. Siapa lagi selain Allah yang dapat “mentakdirkan” bahwa Yesus, Putera-Nya terkasih, akan ditolak oleh umat-Nya sendiri, ditinggalkan oleh para pengikut-Nya yang terdekat? Ia bahkan diabaikan dan ditinggalkan oleh Allah, Bapa-Nya sendiri! Namun demikian, inilah hikmat Allah yang tak dapat diduga-duga oleh akal-budi manusia. Allah begitu mengasihi kita sehingga Dia bersedia mengorbankan anak-Nya yang tunggal, yang dikasihi-Nya di atas siapa saja dan apa saja, hanya untuk membawa kita kembali ke dalam pelukan-Nya. Hal ini digaris-bawahi dalam bacaan kedua hari ini: “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah”(1Yoh 3:1).

Pada masa-masa ketika segala sesuatu terasa gelap dan tanpa harapan, kita harus melihat tangan-tangan Allah yang siap menolong kita. Bahkan di dalam peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan samasekali, Allah bekerja. Ada saat-saat di mana hikmat-Nya sungguh melampaui segala akal-budi kita sehingga tanggapan kita hanyalah dapat berupa iman dan kepercayaan. Pada saat-saat seperti itu Dia mengundang kita untuk berdoa: “Yesus, Engkau adalah andalanku.” Ketika berbagai kesusahan dan kegelapan mengepung diri kita dari segala penjuru kehidupan kita, kita dapat berdoa: “Bapa surgawi, biarlah tangan-tangan kasih-Mu memegang dan menuntun aku.” Ketika kita merasakan beban hidup ini begitu berat, kita dapat memandang salib Kristus dan berkata: “Tuhan, Engkau mati untuk aku secara pribadi. Aku percaya, ya Tuhan, tolonglah ketidakpercayaanku.”

DOA: DatanglahRoh Kudus, jadilah penghiburku. Jadilah kekuatanku pada hari ini dan nyatakanlah kepadaku Injil Yesus Kristus yang penuh kemuliaan. Aku menyerahkan diriku kepada-Mu dan percaya kepada-Mu dengan segala keberadaan diriku dan segalanya yang kumiliki. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Kis 4:8-12), bacalah tulisan yang berjudul “YESUS ADALAH GEMBALA AGUNG KITA SEMUA” (bacaan tanggal 21-4-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-04 BACAAN HARIAN APRIL 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 25-4-21 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 20 April 2024

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

EKARISTI MENUNTUT IMAN YANG LEBIH KUAT

EKARISTI MENUNTUT IMAN YANG LEBIH KUAT

 (Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III  Paskah – Sabtu, 20 April 2024)

Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata, “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggaup mendengarkannya?” Yesus yang di dalam hati-Nya tahu bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka, “Apakah perkataan itu mengguncangkan kamu? Bagaimana jika kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata, “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.” Mulai saat itu banyak murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.

Lalu kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Engkau memiliki perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu bahwa Engkaulah Yang Kudus dari Allah.” (Yoh 6:60-69)

Bacaan Pertama: Kis 9:31-42; Mazmur Tanggapan: Mzm 116:12-17

Yesus mengetahui bahwa Ekaristi menuntut iman – iman yang lebih kuat dan kuat lagi. Oleh karena itu Dia bersabda, “Roh-lah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya”  (Yoh 6:63-64a).

Para kudus memiliki rasa lapar yang sehat akan Kristus. Mereka lebih merasa puas dan dikenyangkan dengan Tuhan Ekaristik daripada kita semua. Beberapa dari kita bahkan sudah sangat dekat dengan titik nol … “tidak percaya”, seperti disinyalir oleh Yesus. Jadi, kita sungguh membutuhkan iman-kepercayaan yang lebih kuat lagi dan harus berjuang keras untuk mencapainya.

Para pemburu atau orang-orang yang berkemah di hutan, jika tersesat, akan mulai menggunakan kompas untuk mencari arah atau berteriak-teriak kepada teman-teman mereka. Namun semakin lama mereka tersesat dan semakin buruk situasi yang mereka hadapi, maka semakin merasa lapar (dan haus) pula mereka itu. Demikian pula halnya dengan kita: apabila hal-hal menjadi semakin buruk secara spiritual/rohani, maka kita tidak lagi dapat ditolong oleh para sahabat kita, oleh posisi kita, atau oleh harta-milik kita. Kita hanya merasa sangat lapar akan makanan yang bersifat permanen, yaitu Roti Kehidupan.

Kita harus memperkenankan rasa lapar-iman agar terus bertumbuh. Apabila kita tidak memiliki selera rohani, maka seperti layaknya seorang sakit, kita tidak akan menemukan Kristus sebagai Pribadi yang menarik. Bagamana caranya agar kita dapat mengembangkan suatu selera rohani yang sehat? Inilah jawaban yang diberikan oleh Santo Paulus, “… kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” (Ef 4:22-24). Dengan kata lain, kita harus menyusun skala prioritas dengan benar: dengan menempatkan hal-hal yang penting di atas hal-hal yang kurang penting.  Kita percaya bahwa Yesus adalah Dia yang diutus oleh Bapa surgawi. Yesus sendiri bersabda, “Siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; dan siapa saja yang melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku” (Yoh 12:44-45).

Kita tahu bahwa menaruh kepercayaan pada seorang sahabat bertumbuh lewat pengalaman-pengalaman yang di-sharing-kan bersama. Kita mulai menggantungkan diri pada sahabat itu untuk dukungan, nasihat dan sharing berbagai persoalan, baik yang sulit-menyedihkan maupun yang penuh sukacita. Demikianlah bagaimana selera rohani kita menjadi sehat: dengan kontak yang sering dengan Yesus. Semakin sering kita sharing berbagai persoalan dan sukacita kita dengan diri-Nya, semakin kuat pula persahabatan kita jadinya. Semakin sering kita makan sang Roti Kehidupan, semakin besar pula kepenuhan kehadiran-Nya. Persahabatan dan kepenuhan yang semakin intensif akan berakibat pada iman-kepercayaan yang semakin kuat dan kesehatan rohani yang semakin bertumbuh.

Maka, sebagai murid-murid-Nya yang setia, seperti Simon Petrus, kita masing-masing pun dapat berkata kepada Yesus, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Engkau memiliki perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu bahwa Engkaulah Yang Kudus dari Allah” (Yoh 6:68-69).

DOA: Tuhan Yesus Kristus, Engkau adalah roti yang turun dari surga untuk mengangkat kami ke surga. Engkaulah Yang Kudus dari Allah. Engkau memberikan Ekaristi kepada kami. Engkau datang untuk menemui kami dalam doa dan dalam sabda-Mu dalam Kitab Suci, dan Engkau menguatkan kami dan mencurahkan kasih-Mu ke atas diri kami setiap hari. Tolonglah agar kami dapat memegang segala karunia sangat berharga yang telah Kauberikan kepada kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Kis 9:31-42), bacalah tulisan yang berjudul “DI BELAKANG SETIAP MUKJIZAT, ADA SUMBER UNIK YANG SAMA, YAITU YESUS KRISTUS” (bacaan tanggal 20-4-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-04 BACAAN HARIAN APRIL 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 29-4-23)

Cilandak, 19 April 2024 

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

SAULUS BERJUMPA DENGAN YESUS KETIKA SEDANG MENUJU KOTA DAMSYIK

SAULUS BERJUMPA DENGAN YESUS KETIKA SEDANG MENUJU KOTA DAMSYIK

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Paskah – Jumat, 19 April 2024)

Sementara itu hati Saulus masih berkobar-kobar untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa untuk dibawa kepada rumah-rumah ibadat Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikut Jalan Tuhan, ia dapat menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.

Dalam perjalanan ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah dan mendengar suara yang berkata kepadanya, “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?” Jawab Saulus, “Siapa Engkau, Tuan?”  Kata-Nya, “Akulah Yesus yang kauaniaya itu. Tetapi bangunlah dan pergilah  ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.” Teman-teman seperjalanannya pun termangu-mangu karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang pun. Saulus bangkit berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa; mereka harus menuntun dia masuk ke Damsyik. Selama tiga hari ia tidak dapat melihat dan selama itu juga ia tidak makan dan minum.

Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Tuhan berfirman kepadanya dalam suatu penglihatan, “Ananias!”  Jawabnya, “Ini aku, Tuhan!”  Firman tuhan, “Bangkitlah dan pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sedang berdoa, dan dalam suatu penglihatan ia melihat bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi.” Jawab Ananias, “Tuhan, dari banyak orang telah kudengar banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem. Lagi pula di sini dia memperoleh kuasa dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu.”  Tetapi firman Tuhan kepadanya, “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku di hadapan bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.” Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk  ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya, “Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.”  Seketika itu juga seolah-oleh selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis. Setelah ia makan, pulihlah kekuatannya. Saulus tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik. Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. (Kis 9:1-20)

Mazmur Tanggapan: Mzm 117:1-2; Bacaan Injil: Yoh 6:52-59.

Cerita mengenai pertobatan Santo Paulus barangkali merupakan salah satu yang paling dramatis dari cerita-cerita yang termuat dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Cerita itu pun merupakan undangan istimewa bagi kita semua untuk mengingatkan kita pada pertobatan kita masing-masing. Beberapa dari kita telah mempunyai pengalaman dramatis di mana kita merasakan perubahan yang terjadi secara instan. Akan tetapi, orang-orang lain mempunyai pengalaman perubahan yang terjadi secara bertahap  sementara terang Kristus dengan perlahan-lahan terbit di atas diri kita. Apa pun yang terjadi, bukti telah terjadinya pertobatan atau conversio adalah hidup yang berubah. Apabila kita (anda dan saya) mencoba hidup bagi Yesus setiap hari dan berupaya untuk mengasihi sesama seperti diri kita sendiri, maka dalam hal ini ada conversio. Seperti yang ditulis oleh Santo Paulus sendiri: “…… tidak ada seorang pun yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus” (1Kor 12:3).

Bilamana anda merasa kurang yakin apakah anda telah melakukan pertobatan atau conversio, maka cobalah melakukan exercise berikut ini. Ambillah secarik kertas. Tulislah di bagian kiri: SEBELUM KRISTUS, dan tulislah di bagian kanan: SESUDAH PERTOBATAN. Tutuplah mata anda sejenak dan renungkanlah bagaimana hidup anda sebelum anda sampai pada iman-kepercayaan yang sungguh-sungguh kepada Kristus. Setelah itu anda mulai menuliskan kata-kata atau frase-frase untuk menggambarkannya. Di bawah judul SEBELUM KRISTUS, anda dapat menulis kata-kata atau frase-frase seperti berikut ini (ini hanyalah contoh-contoh): hidup yang berpusat pada diri sendiri, merasa takut, sombong, hidup tanpa tujuan yang jelas, didorong oleh hasrat akan kenikmatan duniawI, gelisah, sering marah-marah. Sekarang renungkanlah sejenak kehidupanmu sekarang (SESUDAH PERTOBATAN): Kata-kata atau frase-frase seperti hidup yang berpusat pada Allah, penuh sukacita, merasa diampuni oleh Allah, berbahagia, merasa damai, menaruh kepercayaan kepada orang lain, sabar. Apa pun yang ditulis di sebelah kiri atau kanan, kita masing-masing harus mampu mengindentifikasikan bagaimana daftar sebelah kiri telah semakin sedikit dan singkat dan daftar di sebelah kanan telah semakin banyak dan panjang.


Dalam Wasiatnya yang dibuat menjelang kematiannya, Santo Fransikus dari Assisi menggambarkan pertobatannya dengan singkat dan menarik: “Beginilah Tuhan menganugerahkan kepadaku, Saudara Fransiskus, untuk mulai melakukan pertobatan. Ketika aku dalam dosa, aku merasa amat muak melihat orang kusta. Akan tetapi Tuhan sendiri menghantar aku ke tengah mereka dan aku merawat mereka penuh kasihan. Setelah aku meninggalkan mereka, apa yang tadinya terasa memuakkan, berubah bagiku menjadi kemanisan jiwa dan badan; dan sesudahnya aku sebentar menetap, lalu aku meninggalkan dunia” (Wasiat 1-3). Dari sini kita lihat bahwa inisiatif selalu berada di pihak Allah. Dia-lah yang memberikan karunia/anugerah kepada seseorang untuk melakukan pertobatan. Tugas orang bersangkutan adalah membuka diri bagi anugerah Allah itu.

Khotbah-khotbah Paulus, baik dalam “Kisah para Rasul” maupun banyak suratnya yang terdapat dalam Kitab Suci Perjanjian Baru dipenuhi dengan acuan-acuan kepada awal pertobatannya – hari di mana Paulus mulai memberikan hidupnya kepada Yesus. Baiklah bagi kita semua untuk mencoba hal yang sama. Baiklah bagi kita masing-masing menulis secara singkat “cerita pertobatan” kita sendiri. Bagaimana kita mulai sungguh mengenal dan mengalami Yesus sebagai penebus dan Tuhan (Kyrios) dari alam tercipta? Apa yang memotivasi diri kita masing-masing memberikan hati kita kepadanya dan menyambut Dia ke dalam hidup kita? Kita juga harus sering melakukan review atau tinjauan-ulang, dan mengamati pertumbuhan rohani kita selagi Roh Kudus mengisi diri kita dengan keyakinan akan kuat-kuasa Allah untuk memberi hal-hal baik bagi umat-Nya yang setia.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, terima kasih penuh syukur kuhaturkan kepada-Mu karena Engkau membawa diriku untuk beriman kepada-Mu. Aku mohon kepada-Mu agar aku Kauberikan kesempatan untuk sharing/berbagi dengan orang lain bagaimana Engkau telah membuat perubahan dalam hidupku. Ya Tuhan Yesus, terpujilah nama-Mu selalu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 6:52-59), bacalah tulisan yang berjudul “YANG DITINGGALKAN OLEH YESUS BAGI KITA ADALAH DIRI-NYA SENDIRI” (bacaan tanggal 19-4-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori 24-04 BACAAN HARIAN APRIL 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 28-4-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 18 April 2024

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

YESUS ADALAH SANG ROTI KEHIDUPAN

YESUS ADALAH SANG ROTI KEHIDUPAN

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Paskah – Kamis, 18 April 2024)

Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: ‘Mereka semua akan diajar oleh Allah.’ Setiap orang, yang telah mendengar dan belajar dari Bapa, datang kepada-Ku. Hal itu tidak berarti bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Siapa saja yang percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.

Akulah roti kehidupan. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari surga: Siapa saja yang memakannya, ia tidak akan mati. Akulah roti kehidupan yang telah turun dari surga. Jikalau seseorang makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang akan Kuberikan itu ialah daging-Ku yang akan Kuberikan untuk hidup dunia. (Yoh 6:44-51)

Bacaan Pertama: Kis 8:26-40; Mazmur Tanggapan: Mzm 66:8-9.16-17,20

Yesus seringkali berbicara dengan para murid/pengikut-Nya tentang janji akan kehidupan kekal. Ajaran-Nya bahwa Dia sendiri adalah roti kehidupan merupakan pernyataan-Nya lebih lanjut tentang rencana Bapa surgawi yang sempurna untuk memenuhi diri kita dengan rahmat dan kuasa kehidupan kekal. Sebagaimana Allah menopang bangsa Israel dengan manna yang turun dari surga selama masa pengembaraan mereka di padang gurun menuju tanah terjanji (Kel 16), Yesus sekarang adalah sang “roti kehidupan” yang diberikan kepada umat-Nya (Yoh 6:51). Yesus adalah pemenuhan/penggenapan rencana Allah bagi kita, yang memberikan hidup-Nya sendiri untuk menopang kita.

Sebagaimana Allah memelihara bangsa Israel dengan penuh kasih, demikian pula Dia memelihara kita, memberikan Yesus kepada kita sebagai “roti kehidupan”. Yesus memberikan makanan kita dengan menyatakan Bapa-Nya  kepada kita, “seorang” Bapa yang mengasihi kita tanpa batas. Ini adalah pernyataan tentang kasih Bapa surgawi yang menggerakkan kita untuk meninggalkan dosa dan berpaling kepada Yesus, menyerahkan diri kita kepada-Nya dalam iman. Kasih Allah begitu besar; Ia telah berjanji bahwa siapa saja yang datang kepada Putera-Nya tidak akan pernah mati, melainkan akan memiliki hidup kekal.

Bagaimana kita (anda dan saya) menerima hidup kekal dari Yesus? Ini adalah sebuah perjalanan iman dan ketaatan yang dimulai pada saat kita dibaptis dan dimaksudkan untuk dilanjutkan terus selama hidup kita di tengah dunia ini. Selagi kita memohon kepada Roh Kudus untuk terus membebaskan diri kita dari dosa dan mengajar kita tentang Yesus, Ia akan menulis kebenaran-Nya dalam hati kita dan menggerakkan kita untuk menjadi semakin serupa dengan Juruselamat kita. Kita mengalami proses transformasi ini selagi kita berdoa, merenungkan sabda Allah dalam Kitab Suci, berupaya untuk sungguh saling mengasihi dengan sesama, dan menerima Yesus dalam Sakramen Ekaristi.

Setiap hari, Yesus ingin menyatakan kasih-Nya dan rahmat-Nya kepada kita secara lebih mendalam lagi. Setiap hari, Dia ingin menyembuhkan kita dan mengubah diri kita untuk menjadi semakin serupa dengan rupa dan gambar-Nya. Sebagaimana kita membutuhkan makanan setiap hari agar dapat survive, demikian pula kita membutuhkan Yesus, sang “roti kehidupan” setiap hari. Kuat-kuasa-Nya yang bekerja dalam diri kita masing-masing dapat membuat kita menjadi “manusia baru” yang memiliki semangat berkobar-kobar untuk mengikuti jalan transformasi-Nya.

DOA: Bapa surgawi, terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau telah memberikan kepada kami Yesus, sang “Roti Kehidupan”. Lanjutkanlah pekerjaan-Mu, ya Allah, dalam diri kami, membuka hati dan pikiran kami bagi Roh Kudus. Hari ini dan setiap hari, kami ingin mengalami secara lebih mendalam lagi hidup kekal yang Engkau telah janjikan kepada kami. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Kis 8:26-40), bacalah tulisan yang berjudul “ROH KUDUS JUGA INGIN BERKARYA MELALUI DIRI KITA” (bacaan tanggal 18-4-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-04 BACAAN HARIAN APRIL 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 27-4-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 17 April 2024 [SFD: Peringatan Hari Mandiri SFD Indonesia]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

KARUNIA KEBERANIAN SEBAGAI SAKSI-SAKSI KRISTUS

KARUNIA KEBERANIAN SEBAGAI SAKSI-SAKSI KRISTUS

(Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Paskah – Rabu, 17 April 2024)

SFD [Kongregasi Suster-Suster Dina S. Fransiskus (van Dongen)]:  Peringatan Hari Mandiri SFD Indonesia

Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. Orang-orang saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan sangat. Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara.

Mereka yang tersebar itu menjelajahi seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil. Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ. Ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua memperhatikan dengan sepenuh hati apa yang diberitahukannya itu. Sebab dari banyak orang yang kerasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu sambil berseru dengan suara keras, dan banyak juga orang lumpuh  dan orang timpang disembuhkan. Karena itu, sangatlah besar sukacita dalam kota itu (Kis 8:1b-8).

Mazmur Tanggapan: Mzm 66:1-7; Bacaan Injil: Yoh 6:30-35

Setelah pembunuhan Stefanus secara brutal, mulailah penganiayaan yang hebat terhadap umat Kristiani di Yerusalem. Kecuali para rasul, umat tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria (lihat Kis 8:1). Mereka yang tersebar itu menjelajahi seluruh negeri itu sambil mewartakan Injil Yesus Kristus (lihat Kis 8:4).

“Yesus telah bangkit, dan kita adalah saksi-saksi-Nya (lihat Kis 1:8; 2:32; 3:15; 4:33; 10:41; 13:31). Dalam Masa Paskah ini, apakah kita (anda dan saya) patuh pada Yesus yang telah bangkit dengan memberikan kesaksian tentang diri-Nya?

Paulus menulis kepada jemaat di Tesalonika: “Janganlah padamkan Roh” (1 Tes 5:19). Jikalau kita (anda dan saya) tidak memberikan kesaksian atau tidak begitu memberikan kesaksian, berarti kita mencekik Roh Kudus, dan kita membiarkan diri kita:

  • direkayasa agar supaya takut ditertawakan orang lain (Kis 2:12-13);
  • ditakut-takuti dengan ancaman (Kis 4:18);
  • sibuk dengan masalah pribadi, keluarga atau komunitas kita sendiri (Kis 6:1 dsj.);
  • mengalami trauma atas kematian dari salah seorang yang kita kasihi (Kis 8:2), atau
  • tergoncang oleh adanya pengejaran dan penganiayaan (Kis 8:1,3).

Adalah suatu kenyataan bahwa Iblis terus-menerus menentang upaya kita untuk bersaksi. Dari kenyataan ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa memberi kesaksian tentang Yesus memang mempunyai kuat-kuasa yang sanggup mengubah hidup orang dan mengubah dunia.

Tuhan Yesus telah memberikan kepada kita kuat-kuasa untuk mengalahkan segala gangguan dan upaya perlawanan dari si Jahat. Seperti ditulis oleh penulis surat Yohanes: “Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar daripada roh yang ada di dalam dunia” (1 Yoh 4:4). Rahmat Allah jauh lebih dari cukup! Seperti jawab Tuhan kepada Santo Paulus: “Cukuplah anugerah-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (2 Kor 12:9).

Saudari dan Saudaraku, marilah kita berdoa untuk menerima karunia yang akan membuat kita berani untuk bersaksi tentang Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita.

DOA: Bapa surgawi, aku percaya bahwa Engkau menganugerahkan kepada anak-anak-Mu bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Dengan demikian anak-anak-Mu tidak akan malu bersaksi tentang Tuhan Yesus Kristua dan ikut menderita bagi Injil-Nya (2 Tim 1:7-8). Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 6:35-40), bacalah tulisan yang berjudul “ROH KUDUSLAH YANG BERKARYA DALAM/LEWAT DIRI PARA MURID” (bacaan tanggal 17-4-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-04 BACAAN HARIAN APRIL 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 26-4-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 16 April 2024

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

INILAH PEKERJAAN YANG DIKEHENDAKI ALLAH

INILAH PEKERJAAN YANG DIKEHENDAKI ALLAH

(Bacaan Injil Misa Kudus, Hari Biasa Pekan III Paskah – Senin, 15 April 2024)

Keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat. Sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya. Ketika orang banyak melihat bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus.

Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya, “Rabi, kapan Engkau tiba di sini?” Yesus menjawab mereka, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang telah dimeteraikan Allah Bapa.” Lalu kata mereka kepada-Nya, “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang dikehendaki Allah?” Jawab Yesus kepada mereka, “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.” (Yoh 6:22-29)

Bacaan Pertama: Kis 6:8-15; Mazmur Tanggapan: Mzm 119:23-24,26-27,29-30

Pikir-pikir, paling sedikit ada satu hal yang baik (sisi positif) dari orang banyak yang mengikuti Yesus seperti diceritakan dalam  bacaan di atas: Orang banyak itu memiliki ketekunan! Banyak dari mereka telah menyaksikan penyembuhan orang buta, orang lumpuh, orang yang menderita berbagai macam sakit-penyakit lainnya, dan mereka sendiri telah diberi makan sampai kenyang secara ajaib sehari sebelumnya. Dan sekarang, ketika Yesus “menghilang” dari pandangan mata mereka, mereka terus saja mencari Dia sampai ketemu di daratan/pantai bagian lain dari danau itu, di Kapernaum. Seperti akan kita lihat dalam bacaan beberapa hari ke depan, ketekunan mereka membawa hasil, hasil yang jauh lebih besar dan agung daripada yang mereka harap-harapkan.

Ketika orang banyak itu menemukan Yesus, kiranya mereka bertanya-tanya dalam hati bagaimana Yesus bisa sampai ke Kapernaum. Naik apa, karena semua perahu sudah dihitung! Mereka bertanya, “Rabi, kapan Engkau tiba di sini?” (Yoh 6:25). Yesus tidak menjawab pertanyaan tersebut secara langsung. Sebaliknya, Dia ingin memperdalam pemahaman mereka tentang siapa diri-Nya sesungguhnya. Sampai saat itu, orang banyak tertarik kepada Yesus karena berbagai mukjizat dan tanda heran lain yang dibuat oleh-Nya.

Sekarang, tibalah waktunya bagi orang banyak itu untuk mulai memandang Yesus melampaui tanda-tanda, yaitu kepada kebenaran-kebenaran yang dimaksudkan oleh tanda-tanda tersebut. Yesus ingin memimpin mereka kepada iman akan diri-Nya sebagai Putera Allah dan Roti Kehidupan. Mukjizat pergandaan roti dan ikan hanyalah suatu “pendahuluan” untuk sampai kepada mukjizat yang lebih mendalam, yaitu pemberian tubuh dan darah-Nya sendiri yang dapat memberikan kehidupan kekal kepada semua orang yang percaya. Yesus bersabda: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah” (Yoh 6:29). Ini adalah kata-kata keras bagi telinga banyak orang. Mereka masih tetap menginginkan tanda-tanda dari dunia sehingga mereka tidak perlu menghadapi tantangan iman. Memang tidak susah untuk bersimpati kepada orang banyak itu! Iman-kepercayaan tidak selalu merupakan suatu perjalanan yang mudah. Apabila hidup itu berjalan baik dan kita memperoleh banyak tanda dari kasih Allah kepada kita yang kelihatan di dunia ini, memang tidak sulitlah untuk beriman-kepercayaan. Namun justru dalam badai kehidupanlah iman kita itu dapat bertumbuh.

Dalam hal inilah ketekunan mendapat upahnya. Apakah dalam masa-masa baik atau masa-masa yang buruk, “dalam untung dan malang”, kita harus terus berjuang dalam iman! Marilah kita selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menggunakan karunia akal-budi yang diberikan Allah untuk melihat kebenaran dari setiap situasi di mana kita berada, sehingga iman kita dapat bertumbuh dan menjadi matang melalui rahmat Allah.

DOA: Tuhan Yesus Kristus, kuatkanlah karunia iman yang telah Kauanugerahkan kepadaku. Tolonglah aku untuk selalu bertekun mencari-Mu di dalam segala hal. Terima kasih, ya Tuhan Yesus; terpujilah nama-Mu selalu. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 6:22-29), bacalah tulisan yang berjudul “KARUNIA IMAN INI DITANAMKAN DALAM DIRI KITA SEBAGAI SEBUTIR BENIH, YAITU PADA WAKTU KITA DIBAPTIS” (bacaan tanggal 15-4-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-04 BACAAN HARIAN APRIL 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 24-4-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 14 April 2024 [HARI MINGGU PASKAH III – TAHUN B]

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

DALAM NAMA-NYA BERITA TENTANG PERTOBATAN UNTUK PENGAMPUNAN DOSA HARUS DISAMPAIKAN KEPADA SEGALA BANGSA

DALAM NAMA-NYA BERITA TENTANG PERTOBATAN UNTUK PENGAMPUNAN DOSA HARUS DISAMPAIKAN KEPADA SEGALA BANGSA

(Bacaan Injil Misa Kudus, HARI MINGGU PASKAH III [Tahun B] – 14 April 2024)

SFS [Suster-Suster S. Fransiskus Sukabumi]: HR Kemandirian Tarekat

Lalu kedua orang itu pun menceritakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenali Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. Sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka, “Damai sejahtera bagi kamu!” Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi, Ia berkata kepada mereka, “Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.” Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka, “Apakah kamu punya makanan di sini?” Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. Ia berkata kepada mereka, “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kita nabi-nabi dan kitab Mazmur.”  Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka, “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: Dalam nama-Nya berita tentang pertobatan untuk pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamulah saksi-saksi dari semuanya ini. (Luk 24:35-48)

Bacaan Pertama: Kis 3:13-15,17-19; Mazmur Tanggapan: Mzm 4:2,4,7,9; Bacaan Kedua: 1Yoh 2:1-5a

Sebagai para murid/pengikut Kristus yang sudah bangkit, kita dipanggil/diundang untuk makan bersama pada meja perjamuan-Nya, kemudian kita diutus dalam nama-Nya sebagai saksi-saksi-Nya. Inilah Kabar Baik dari bacaan Injil hari ini.

Hari ini adalah satu-satunya Hari Minggu dalam lingkaran tahun liturgi B ini di mana bacaan Injil diambil dari Injil Lukas. Walaupun begitu, dalam bacaan sebanyak 14 ayat ini kita akan menemui banyak dari tema favorit Lukas – sukacita dalam Tuhan, makan bersama (table-fellowship), kepenuhan dari tokoh-tokoh lama, arti Yerusalem secara mistis, pengampunan ilahi, dan panggilan menjadi saksi-saksi. Kita dapat melihat cerita di atas sebagai lakon 3 (tiga) babak: (1) Sebuah pengalaman; (2) Pengajaran Yesus Kristus; dan (3) Pemberian mandat kepada para murid/pengikut Yesus Kristus.

Sebuah pengalaman. Kita terlibat dalam cerita ini langsung setelah kedua murid mengisahkan perjumpaan mereka dengan Tuhan Yesus yang sudah bangkit di jalan menuju Emaus, dan mengenali Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti (Luk 24:35). Pembicaraan para murid yang belum selesai itu terhenti karena tiba-tiba Yesus berdiri di tengah-tengah mereka seraya memberi salam: “Damai sejahtera bagi kamu!” Sapaan sedemikian wajar dalam hal perjumpaan ilahi, karena Allah pertama-tama harus mengurangi segala rasa takut dan ragu dan agitasi yang mengancam siapa saja yang  terbiasa dengan pengalaman dunia, dan secara mendadak harus mengalami suatu perjumpaan ilahi.

Ada rasa ragu yang muncul dalam pikiran para murid, malah mereka pikir Ia itu hantu (Luk 24:37). Ini merupakan sepotong informasi penting karena membantu kita untuk melihat bahwa para murid itu memang tidak mudah untuk percaya. Tuhan Yesus kemudian mengundang mereka untuk menentukan sendiri realitas dari kehadiran-Nya:Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.” Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka, agar para murid sungguh yakin bahwa Dia adalah sang tersalib (Luk 24:39-40).

Lukas di sini juga mencatat sukacita para murid yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata (“girang bercampur heran”; lihat Luk 24:41). Lalu kita lihat munculnya tema besar Ekaristi yang mendominasi Injil Lukas: “Apakah kamu punya makanan di sini?” Dalam Injil Lukas tanda paling besar dari komunitas adalah berbagi makanan dengan orang lain. Skandal terbesar Yesus di mata para pemimpin agama Yahudi adalah kebiasaan Yesus yang suka makan bersama satu meja dengan orang-orang yang dipandang sebagai para pendosa. Sekarang, ketika Tuhan yang sudah bangkit makan bersama para murid, maka mereka tahu bahwa Dia sungguh hadir bersama dan di tengah-tengah mereka.

Perjamuan makan sangat penting dalam Injil Lukas karena dia ingin para pembaca Injilnya memahami bagaimana “pemecahan roti” pada hari Minggu memelihara serta mengawetkan hubungan mereka dengan Yesus Kristus.

Pengajaran Yesus Kristus. Satu bagian dari setiap liturgi Ekaristi adalah pengajaran Yesus lewat Kitab Suci sebagian fondasi dari iman kita. Para murid telah menyentuh Yesus secara fisik: hal ini membantu mereka untuk mengidentifikasikan diri-Nya sebagai Dia yang telah mereka kenal sebelumnya. Namun sentuhan tidak membangun iman mereka akan kebangkitan-Nya. Dengan demikian Yesus harus mengajar mereka dan membuka pikiran mereka untuk memahami Kitab Suci (Kis 24:44-46). Kisah-kisah lama, tokoh-tokoh sejarah yang muncul dalam kisah-kisah itu dan pola-pola perilaku ini membentuk suatu konteks dalam mana mereka dapat memahami kematian dan kebangkitan Yesus. Ini adalah pola dari cara Allah yang sudah familiar… untuk mengambil, memberkati, memecah-mecahkan dan memberi.

Kehidupan Yesus adalah pusat waktu, antara era Perjanjian Lama, yang digenapi oleh-Nya, dan era baru Gereja, yang diresmikan oleh-Nya.

Pemberian mandat kepada para murid/pengikut Yesus Kristus. Kepada Gereja diberikan mandat untuk melanjutkan karya penyelamatan Yesus Kristus: “Dalam nama-Nya berita tentang pertobatan untuk pengampunan dosa harus disampaikan kepda segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamulah saksi-saksi dari semuanya ini” (Luk 24:47-48).

Karya Yesus telah dibatasi oleh waktu, dibatasi oleh cepat-lambatnya kerja para murid-Nya yang pertama dan dibatasi juga dalam ruang lingkup teritori yang sangat kecil, Yerusalem, pusat dunia Yahudi. Inilah gambaran Lukas tentang misi yang lingkupi oleh batasan-batasan.

Akan tetapi, misi Gereja akan melibatkan banyak kaki, banyak tangan dan banyak mulut. Misi ini akan mulai di Yerusalem kemudian menyebar ke mana-mana. “Kamulah saksi-saksi-Ku”. Misi ini sungguh merupakan kelanjutan dari karya Yesus. Inilah signifikansi berkarya “dalam nama Yesus”. Bertindak dalam nama Yesus adalah membawa realita kehadiran-Nya serta kuasa-Nya kepada orang-orang lain di sekeliling kita.  Inilah Evangelisasi!

Evangelisasi bukanlah sekedar program Gereja atau umat beriman, baik secara berkelompok atau pun sendiri-sendiri. Evangelisasi adalah sebuah sikap. Suatu mentalitas untuk men-sharing-kan, mengundang, menyambut orang-orang lain ke dalam sukacita persekutuan dengan Yesus Kristus. Evangelisasi dimulai oleh Yesus sendiri. Dalam Imbauan Apostoliknya, Paus Paulus VI (sekarang Santo Paulus VI) menulis, “Yesus sendiri, Kabar Baik Allah, merupakan penginjil pertama dan terbesar. Kristus mewartakan penebusan, kurnia besar yang berasal dari Allah yang adalah pembebasan dari setiap hal yang menindas manusia, tapi lebih-lebih pembebasan dari dosa dan kejahatan”(Evangelii Nuntiandi, 7-8). Menurut Paulus VI, “tidak ada evangelisasi yang sejati, bila nama, ajaran, hidup dan janji-janji Kerajaan Allah dan misteri Yesus dari Nazaret, Putera Allah tidak diwartakan”(Evangelii Nuntiandi, 22). Dalam Evangelii Nuntiandi Paulus VI juga mengutip Deklarasi Para Bapa Sinode 1974 yang mengikrarkan bahwa “tugas untuk mewartakan Injil kepada segala bangsa merupakan perutusan hakiki dari Gereja.”

Dalam bacaan Injil hari ini Lukas telah mengisahkan sebuah pengalaman kebangkitan bagi kita. Dalam liturgi Kristiani, setiap hari Minggu adalah sebuah hari kebangkitan. Dalam liturgi Sabda, iman kita akan diberikan asupan selagi teks-teks suci mengisi pemahaman kita tentang Yesus, latar belakang-Nya dan pesan-pesan-Nya.

Kemudian kita diundang untuk melakukan tindakan suci dalam arti duduk bersama pada meja perjamuan. Dalam perjamuan suci ini kita ditopang oleh energi ilahi-Nya sendiri.

Pada akhir Misa kita diutus dalam nama-Nya untuk menjadi saksi-saksi-Nya ke mana saja kita pergi.

DOA: Bapa surgawi, utuslah Roh-Mu untuk menyatakan Putera-Mu terkasih, Yesus Kristus, kepada kami. Penuhilah hati kami dengan rasa syukur untuk hidup baru yang Engkau berikan. Bukalah mata kami agar dapat melihat rencana-Mu yang indah bagi kami, sebuah rencana yang telah Kaunyatakan dalam sabda-Mu dalam Kitab Suci. Kami berdoa dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami, yang bersama Dikau hidup dan berkuasa dalam persekutuan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Pertama hari ini (Kis 3:13-15,17-19), bacalah tulisan yang berjudul “PENGETAHUAN DAN PENGENALAN AKAN ALLAH HARUS BERGERAK DARI KEPALA  KE PUSAT KEHIDUPAN SESEORANG” (bacaan tanggal 14-4-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-04 BACAAN HARIAN APRIL 2024.

(Tulisan ini adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 18-4-21 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 13 April 2024

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS

PENGANGKATAN TUJUH ORANG DIAKON

PENGANGKATAN TUJUH ORANG DIAKON

Bacaan Pertama Misa Kudus, Hari Biasa Pekan II Paskah – Sabtu, 13 April 2024

Pfak S. Martinus I, Paus Martir

Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang orang-orang Ibrani, karena pembagian keperluan sehari-hari. Kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata, “Tidak baik jika kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. Karena itu, Saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik dan penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan  pikiran dalam doa dan pelayanan Firman. Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia. Mereka dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itu pun berdoa dan menumpangkan tangan di atas mereka.

Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.  (Kis 6:1-7)

Mazmur Tanggapan: Mzm 33:1-2,4-5,18-19; Bacaan Injil: Yoh 6:16-21

“Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak, juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya” (Kis 6:7).

Bacaan dari “Kisah para Rasul” hari ini adalah teristimewa tentang pengangkatan 7 (tujuh) orang diakon. Namun pada kesempatan ini saya mau menyoroti ayat terakhir seperti dipetik di awal tulisan ini.

Yesus memanggil kita agar kita sebagai murid-murid-Nya tetap tinggal di dalam sabda-Nya (Yoh 8:31). Kita merenungkan hukum dan sabda (firman)-Nya siang dan malam (lihat Mzm 1:2). Selayaknya kita merenungkannya siang dan malam (Yos 1:8). Sabda Allah sepatutnya “menjadi kegirangan dan kesukaan” hati kita (lihat Yer 15:16).

Bagaimana pun juga, dunia, kedagingan dan Iblis terus berupaya menyeret kita ke luar dari kehidupan kita dalam/seturut sabda Allah. Dengan demikian kita dapat terseret dari sabda Allah yang hidup, digoda untuk mengalihkan hidup kita agar ikut campur ke dalam berbagai masalah, dan tidak lagi melayani sabda Allah (Kis 6:2). Seperti halnya dengan para rasul, kita seyogianya memanggil orang-orang lain untuk ikut memecahkan berbagai masalah agar perhatian kita akan sabda Allah  tidak terpecah belah (lihat Kis 6:4).

Sebagai contoh, ketika Paulus berkhotbah, Eutikhus mengantuk dan jatuh dari jendela di tingkat tiga dan meninggal dunia (Kis 20:9). Akan tetapi tidak ada catatan bahwa Paulus langsung menghentikan khotbahnya (Kis 20:11). Paulus kemudian turun ke bawah dan dengan kuasa Tuhan menghidupkan orang itu kembali. Setelah kembali di ruang atas pertemuan dilanjutkan dengan memecah-mecahkan roti lalu makan sampai fajar menyingsing. Pemuda yang dihidupkan kembali itu pun kemudian dihantar pulang ke rumahnya (Kis 20:12).

Paulus juga menyuruh Timotius untuk berkhotbah kapan saja, pada waktu baik ataupun waktu yang kurang kondusif (lihat 2 Tim 4:2). Kisah para Rasul pun ditutup dengan kata-kata yang menegaskan: “Paulus tinggal dua tahun penuh di rumah yang disewanya sendiri; ia menerima semua orang yang datang kepadanya. Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus (Kis 28:30-31).

Kita harus mengingat selalu bahwa Yesus sendiri tidak membiarkan kematian-Nya menghentikan karya pewartaan sabda. Yesus bangkit dari mati dan menafsirkan “apa yang tertulis tentang Dia di dalam seluruh Kitab Suci kepada semua murid yang sedang berkumpul di Yerusalem (lihat Luk 24:45).

Saudari dan Saudaraku, janganlah membiarkan diri kita (anda dan saya) terlena sehingga tidak “mengajarkan dan mewartakan sabda Allah”.

DOA: Bapa surgawi, Allah Yang Maharahim, aku mohon agar di dalam mewartakan sabda Allah aku dapat bebas dan tidak terbelenggu (2 Tim 2:9). Amin.

Catatan: Untuk mendalami Bacaan Injil hari ini (Yoh 6:16-21), bacalah tulisan yang berjudul “INILAH AKU, JANGAN TAKUT!” (bacaan tanggal 13-4-24) dalam situs/blog SANG SABDA http://sangsabda.wordpress.com; kategori: 24-04 BACAAN HARIAN APRIL 2024.

(Tulisan unu adalah revisi dari tulisan dengan judul sama untuk bacaan tanggal 22-4-23 dalam situs/blog SANG SABDA)

Cilandak, 12 April 2024

Sdr. F.X. Indrapradja, OFS